Masjid Raya Baiturrahman yang berdiri megah di jantung kota Banda Aceh, bukan sekadar tempat ibadah bagi masyarakat provinsi Daerah Istimewa Aceh. Sebagai bangunan yang memiliki nilai sejarah, masjid ini juga menjadi obyek wisata religi yang mampu membuat wisatawan berdecak kagum karena keindahan arsitekturnya.
Masjid Raya Baiturrahman yang dibangun pada 1612 M oleh Sultan Iskandar Muda ini dulunya juga menjadi salah satu pusat pembelajaran agama Islam selain Masjidil Haram, bagi orang-orang dari berbagai penjuru dunia.
Tahun 1873, Masjid Raya Baiturrahman dibakar habis oleh Belanda pada agresi militer kedua. Tindakan tersebut membuat rakyat Aceh ketika itu marah besar. Namun pada 1877, Gubernur Jenderal Belanda, Van Lansberge menyatakan akan membangun kembali lagi Masjid Raya Baiturrahman. Pembangunan pun selesai di tahun 1882 M. Ketika itu, masjid Raya Baiturrahman hanya memiliki satu kubah besar. Dua kubah di kanan kirinya baru di ada di tahun 1936.
Kini Masjid Raya Baiturrahman memiliki wajah yang baru lagi. Sejak 2015 lalu, pemerintah setempat mulai melakukan pengembangan lanskap dan infrastruktur masjid. Sebanyak 12 unit payung elektrik dipasang berjajar di sisi kolam depan masjid, menaungi lantar marmer yang menggantikan hamparan rumput hijau.
Jika sebelumnya Masjid Raya Baiturrahman tampak seperti Taj Mahal di India, kini Masjid yang berhasil menyabet predikat 'Daya Tarik Terbaik' dalam Kompetisi Pariwisata Halal tingkat dunia itu tampak persis seperti Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi. Hal tersebut seakan mengukuhkan citra Aceh sebagai 'Kota Serambi Mekkah'. Melihat keindahan Masjid Raya Baiturrahman yang menjadi landmark kota ini, rasanya tak heran jika pengembangan kali ini menghabiskan dana hampir Rp500 miliar!
Sumber: dari sini