Nisfu berasal dari bahasa Arab yang artinya setengah atau separuh. Jadi malam Nisfu Sya'ban bisa diartikan sebagai malam pertengahan dari bulan Sya'ban. Ini karena pergantian tanggal sesuai penanggalan Hilaliyah atau yang menggunakan patokan rembulan adalah saat matahari terbenam atau malam tiba.
Mengenai malam Nisfu Sya'ban ada beberapa hal yang patut diketahui diantaranya sebagai berikut:
Pertama, tentang keutamaan malam ini. Diantaranya hadits-hadits sebagai berikut: Dari Muaz bin Jabal ra, Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
”Ketika datang malam nisfu Sya’ban, Allah SWT memperhatikan semua hamba-Nya, lalu Allah memberikan ampunan kepada orang-orang beriman kecuali mereka menyekutukan Allah dan bermusuhan.” Hadits riwayat Thabrani dan Ibnu Hibban dalam kitan sahihnya.
Beberapa riwayat Hadist berikut ini banyak disahihkan para ulama';
Dari A'isyah.ra: "Suatu malam Rasulullah saw salat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah usai shalat beliau berkata: "Hai A'isyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu beliau bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini". "Rasulullah yang lebih tahu," jawabku. "Malam ini adalah malam Nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (H.R. Baihaqi).
Menurut perawinya, hadits ini mursal (ada rawi yang tidak sambung ke Sahabat), namun cukup kuat.
Diriwayatkan Ali ra, bahwa Rosululloh bersabda, "Malam Nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan shalat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah SWT turun dari langit ke dunia pada malam itu. Lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).
Walaupun kedudukan hadits tersebut lemah tapi sebagian ulama berpendapat bahwa hadits lemah dapat digunakan untuk Fadlail A'mal (keutamaan amal), sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa malam Nisfu Sya'ban jelas mempunyai keuatamaan dibandingkan dengan malam-malam lainnya.
Ulama Tabiin Atha’ bin Yassar berkata: "Tidak ada malam yang lebih utama setelah malam Lailatul Qadar kecuali malam Nisfu Sya’ban. Pada malam itu Alloh Subhanahu waTa'ala turun ke langit dunia lalu menebarkan ampunan kecuali kepada orang-orang yang menyekutukan Alloh dan bermusuhan”.
Imam Syafii diriwayatkan berkata: ”Sampai kepadaku bahwa do’a dikabulkan pada lima malam, yaitu malam Jum’at, malam dua hari raya, awal Rajab dan malam Nisfu Sya’ban”.
Ibnu Taymiyah juga diriwayatkan berkata: “Malam Nisfu Sya’ban di dalamnya terdapat keutamaan, orang-orang salaf ada yang menghidupkannya dengan ibadah, tetapi kumpul-kumpul untuk menghidupkannya merupakan bid’ah”.
Kedua, merayakan malam Nisfu Sya'ban adalah dengan memperbanyak ibadah dan sholat malam dan dengan puasa, namun sebagaimana yang dilakukan Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam, yaitu dengan secara sendiri-sendiri.
Puasa pada tiga hari di pertengahan bulan selalu disunnahkan. Begitu juga pada malam nishfu sya'ban hendaknya menjauhkan diri dari maksiat dan tindakan-tindakan yang tidak ada manfaatnya, seperti hura-hura dan pesta.
Meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan berlebih-lebihan seperti dengan sholat malam berjamaah, Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam tidak pernah melakukannya. Apa yang sering dilakukan oleh sebagian umat Islam, yaitu sholat malam Nisfu Sya'ban atau disebut juga sholat Roghoib sebanyak 100 rakaat, ini tidak ada landasannya dan termasuk bid'ah. Imam Nawawi dalam kitab Majmuk mencela amalan ini.
Demikian juga tidak ada do'a khusus di malam Nisfu Sya'ban, namun cukup dengan do'a-do'a umum terutama do'a yang pernah dilakukan Rosululloh. Jadi sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, shoalat, banyak berzikir, membaca Al-Qur'an, berdo'a serta amal-amal salih lainnya.
Sebagian umat Islam juga mengenang malam nishfu sya'ban ini sebagai malam diubahnya kiblat dari masjidil Aqsha ke arah Ka'bah.
Perkara tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban, meskipun sebagian dihukumi shahih oleh para ulama, namun masih banyak yang menjadi pertentangan (khilafiyah) diantara para ulama, terutama masalah sahih dan dhaifnya. Ini yang terkadang menyebabkan diantara kita saling mencela. Perbuatan itu tentunya tidak ada manfaatnya sama sekali dan sangat merugikan umat Islam sendiri. Maka sebaiknya mari kita saling menghargai dan menghormati. Mereka yang meyakini kesahihan hadist Nisfu Sya’ban silahkan mengamalkan dengan menghidupkan malam tersebut dengan berbagai ibadah yang telah diajarkan Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam.