كلمة حق عند سلطان جائر
“Kalimat kebenaran di sisi pemimpin yang dzalim“. (HR. Nasai, Ibnu Majah dan dishahihkan al Albani dalam Ash Shahihah: 491)
Banyak orang salah paham tentang hadits ini dan menjadikannya dalil bolehnya membeberkan aib pemimpin di media umum. Ini tidak benar. Hadits ini menganjurkan untuk menasehati pemimpin tapi di hadapannya secara langsung. Perhatikanlah lafadz عند سلطان (di sisi pemimpin).
Oleh karenanya Allah memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk mendatangi Firaun secara langsung dan menasehatinya dg lembut. (QS. Thoha: 43-44).
Adapun kita menyebut kejelekan pemimpin di forum umum seperti facebook, mimbar umum dll yang jauh dari pemimpin maka ini bukanlah nasehat karena yang dinasehati aja belum tentu membaca atau mengetahuinya bahkan ini bisa memprovokasi rakyat untuk benci pada pemimpin sehingga menimbulkan kerusakan dan pembrontakan (lihat Syarh Arbain Nawawiyah hal. 121 oleh Ibnu Utsaimin).
Anehnya, banyak para pengkritik pemimpin dari jarak jauh tadi jika berhadapan langsung dengan pemimpin mereka justru menjadi manusia pengecut. Hal seperti ini dinilai oleh ulama salaf dahulu sebagai suatu kemunafikan sebagamana kata Ibnu Umar dalam riwayat Al Bukhori (7178).
Jadi menasehati langsung di hadapan pemimpin dengan cara yang bijak adalah kemulian dan keberanian. Adapun mengungkap aib dari kejauhan dan di media umum adalah penghinaan dan kemunafikan.
Marilah kita mendoakan kebaikan untuk peminpin kita agar dibimbing oleh Allah kepada jalan yang benar sesuai ajaran Islam.
Sumber: dari sini