Ada Apa Benyamin dengan Ida Royani

Ada Apa Benyamin dengan Ida RoyaniBenyamin S dan Ida Royani

BENYAMIN SUEB, MUKA KAMPUNG REZEKI KOTA

“Meski sukses, aku selalu berantem dengan Ben di atas panggung maupun di luar panggung.”

Ary Share 4'U - "Cup!" Tiba-tiba bibir berkumis milik Benyamin Sueb mendarat telak di pipi mulus Ida Royani. Ida yang kaget sontak naik pitam. Air matanya pun tumpah. Sambil menahan isak tangis, ia mengadu kepada ibunya, Siti Aminah. “Mama... aku dicium Ben. Amit-amit,” ujar Ida mengenang masa lalunya bersama Ben. “Sejak itu aku nggak mau nyanyi lagi bersama Benyamin.”

Ida benar-benar memutuskan pisah panggung dengan Ben. Padahal duet ini sedang berada di puncak ketenaran. Penampilan mereka selalu ditunggu-tunggu. Perayaan hari ulang tahun ke-26 Radio Republik Indonesia pada September 1971, yang menjadi panggung terakhir mereka bersama, disesaki para penonton.

“Aku memilih duet dengan Frans Daromes,” ujar Ida kepada detikX beberapa hari lalu.

Duet baru Ida-Frans rupanya tak berhasil memikat banyak perhatian. Sementara itu, Benyamin lebih banyak tampil sendiri di panggung.

“Orang-orang pada ngomong, ‘Sudahlah Ida, emang lu paling pantes nyanyi bareng Benyamin. Paling keren.’ Mereka juga bilang begitu kepada Benyamin,” Ida menuturkan.

Setelah lebih dari sembilan bulan pecah kongsi, akhirnya mereka kembali dipertemukan pada acara malam hiburan di Jakarta Fair. Duet ini sukses membetot perhatian dan membuat tempat hiburan lainnya menjadi sepi. Pengunjung Jakarta Fair rupanya memilih menyaksikan “rujuk”-nya duet Benyamin-Ida di panggung hiburan.

Perjalanan bersatunya duet legendaris ini dari awal memang penuh dengan drama. Ida mengisahkan, usianya baru 11 tahun saat bertemu dengan Ben pada 1964. Sedangkan Benyamin sudah 25 tahun, 14 tahun lebih tua. Kala itu Ida merupakan salah satu penyanyi cilik yang bergabung dalam perusahaan rekaman PT Dimita Moulding Industries milik mantan pilot Angkatan Udara, Mohammad Sidik Tamimi atau Dick Tamimi.

Benyamin lahir dari pasangan “gado-gado” Jawa-Betawi. Ayahnya, Sukirman, berasal dari Purworejo, Jawa Tengah. Ibunya, Siti Aisyah, adalah putri tokoh Betawi yang kondang di daerah Kemayoran, Jakarta, yakni Rofiun alias Haji Ung atau lebih kondang disapa Jiung. Sebelum tenar sebagai penyanyi dan bintang film, Ben pernah bekerja sebagai kondektur bus Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) dan staf bagian musik Kodam V Jakarta Raya. Kisah hidup seniman legendaris itu akan dipentaskan oleh Teater Abnon Jakarta dalam konser teatrikal “BABE, Muka Kampung Rejeki Kota” pada 15-16 September ini.

Dick Tamimi-lah yang mempertemukan Ben dengan Ida. Suatu hari Dick memanggil Ida. “Ida, lagu kamu ganti, ya. Lagu barunya bagus, deh,” Ida menirukan bujukan Dick. Ida sempat menolak. Teknologi rekaman waktu itu membuat pengulangan atau penggantian lagu menghabiskan waktu lama. Namun, karena dipaksa, ia akhirnya menurut dengan wajah cemberut. “Akhirnya nyerah juga karena aku ini masih anak kecil dan penyanyi baru waktu itu. Tapi ya sebel banget. Sebel sama pengarang lagunya,” kata Ida.

Begitu ketemu pengarang lagu yang ternyata Benyamin, Ida tambah jengkel. “Orangnya dekil, pendek, jelek, serem, terus pakai sandal jepit,” ujar Ida. “Waktu aku diajarin lagu sama dia, aku merengut saja. Tidak ada manis-manisnya.” Beberapa puluh tahun kemudian, kata Ida, Benyamin masih sering menyinggung hal itu. “Ben bilang, ‘Gue gedek banget inget lu dulu waktu kecil…. Gua kasih lagu sombongnya minta ampun.’”

Setelah bekerja sama menghasilkan lagu anak-anak, Pertapa Latah, Ben dan Ida sempat lumayan lama tak bertemu. Empat tahun kemudian keduanya baru bersua saat menghibur dalam sebuah acara yang sama di Karawang, Jawa Barat. “Aku langsung bilang ke Mama, itu orang yang dulu kasih lagu ke Ida. Ida sebal banget sama orang itu,” katanya.

Ida masih ingat, saat itu Ben sering menyanyikan lagu-lagu Barat, seperti Il Mondo yang dipopulerkan Jimmy Fontana dan Love is a Many Splendored Thing-nya Frank Sinatra. “Ben nyanyi sambil tutup mata dan dahinya sampai berkerut,” ujar Ida. Rupanya saat itu Ben juga mengamati cara Ida bernyanyi. Suara Ida yang terdengar kekanak-kanakan sangat menarik Ben.

“Ben pepet aku terus, ya jadinya aku sengit.” ungkap Ida.

Halimah Yaqub, Penjual Nasi Padang itu Kini Jadi Presiden Wanita Pertama SingapuraBenyamin S dan Ida Royani dalam suatu kesempatan rekaman

Suatu hari sepulang sekolah pada 1970, Ida menjumpai Ben sudah berada di rumahnya. Ben mengaku sedang mencari pasangan untuk menyanyikan lagu-lagu Betawi. Sebelumnya, Ben melakukan rekaman bersama Rita Zahara dan Rossy. Tapi kasetnya tak begitu sukses di pasaran. “Gue sreg sama suara Ida,” ujar Ida menirukan bujukan Ben kala itu.

Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Ida sepakat masuk dapur rekaman bersama Ben. Tukang Kridit menjadi album perdana duet baru ini. Album ini meledak di pasaran. Menjadi penyanyi lagu Betawi, Ida harus mengubah penampilannya.

“Aku dulu tuh jadi trendsetter remaja. Kalau nyanyi pakai boot, rok mini, wig warna-warni,” ujar Ida.

Membawakan lagu Betawi bersama Ben, mau tak mau Ida harus mengikuti gayanya. Gadis itu kadang harus memakai kebaya dan sandal jepit saat tampil.

Tampilan barunya membuat Ida kerap diprotes penggemar dan teman-temannya. Lagu-lagu yang dibawakannya pun kadang disebut lagu kampung. “Ben, gue nyanyi sama lu nih sebenarnya agak-agak gimana gitu. Semuanya pada ngatain gue. Kok gue mau nyanyi sama orang kampung,” ujar Ida menirukan protesnya kepada Ben. Ben menanggapi dengan santai. “Biar orang bilang kampungan, tapi rezeki kotaan!”

Perbedaan usia hampir 15 tahun ditambah penampilan yang layaknya bumi dan langit justru membuat pasangan ini unik dan memiliki daya tarik. Ida mengaku dia dan Ben kelimpungan menerima undangan pentas. Album-album mereka laku keras. Mereka muncul sebagai penyanyi papan atas dengan bayaran tertinggi. “Uang kami banyak banget. Uang itu, kalau habis nyanyi, ya taruhnya di koper, di lemari. Setiap bulan, kalau mau, bisa beli mobil baru,” Ida menuturkan masa-masa kejayaan mereka.

Hingga kini duet Ida dengan Benyamin dikenang sebagai duet pop Betawi yang berhasil, tidak ada penyanyi gambang kromong yang sehebat Benyamin dan tidak ada penyanyi wanita yang seluwes Ida Royani dalam meladeni aksi panggung Benyamin. “Meski kami sukses, aku selalu berantem dengan Ben di atas panggung maupun di luar panggung,” kata Ida.

Salah satu penyebab pertengkaran mereka, Ida tahu Ben menyukai dirinya. Padahal Ben sudah berkeluarga. “Ben pepet aku terus, ya jadinya aku sengit,” kata Ida. Kerap, sebelum manggung, Ben dan Ida bertengkar. Namun aksi panggung mereka tetap lancar. Padahal di panggung Ida melampiaskan kejengkelannya pada Ben dengan menyelipkannya sebagai bagian dari pertunjukan. “Kami tuh kalau nyanyi nggak pakai teks lagi. Asal jeplak saja. Itu yang dia tidak dapatkan dengan penyanyi lain.”

Wiryanto, kini 73 tahun, teman dekat Ben dan mantan Manajer Pemasaran Adiasa Film, percaya tak ada “apa-apa” antara Ida dan Benyamin meski Ben naksir Ida. “Saya yakin Ida nggak akan berani…. Mpok Nonie, istri Ben, itu baik banget pada Ida. Dia sudah dianggap adiknya,” kata Wiryanto.

Setelah insiden ciuman di pipi yang membuat duet ini sempat bubar, Ben dan Ida kembali berpisah ketika Ida berangkat ke London, Inggris, untuk bersekolah pada 1975. Kemudian akhirnya Ida dipinang Pangeran Tengku Azis dari Pahang, Malaysia. Dia diboyong ke negeri jiran pada 1976. Ben pun kembali sendirian setiap kali tampil, seperti awal berkarier.

Ben akhirnya mencari pengganti. Ia berduet dengan pasangan baru, yakni Inneke Kusumawati. Tidak lama mereka menghasilkan album Nenamu dengan lagu Janda Kembang, Semut Jepang, Sekretaris, Pengantin Baru, dan Pelayan Toko. Tak lama Ben juga mendapatkan pasangan duet lain bernama Herlina Effendy, yang saat itu masih berusia 18 tahun. Entah kebetulan atau tidak, gadis asal Cirebon ini punya vokal mirip dengan Ida Royani.

Namun tak ada yang benar-benar bisa menggantikan Ida. Ketika Ida kembali ke Jakarta setelah pernikahannya bubar pada Agustus 1978, duet Ben-Ida kembali bersatu. Mereka akhirnya benar-benar berpisah di panggung setelah Ida menemukan jodoh barunya. Ben kembali sendirian sejak 1981 saat Ida dinikahi musisi Keenan Nasution. “Walaupun berpisah, kami bertetangga di Cinere,” kata Ida.

Hubungan mereka berangsur-angsur membaik. Ida pulalah yang konon “menjodohkan” Ben dengan istri keduanya, Alfiah. Karena rumah mereka berdekatan, Ben kadang berkunjung ke rumah Keenan dan Ida. “Pagi jam 7 dia sudah datang sarapan di rumah,” ujar Ida. Menjelang meninggal dunia pada 1995, Ben naik haji bersama Keenan dan Ida. Ida mengenang penerbangan dari Jeddah ke Jakarta. “Pulangnya itu aku sama Benyamin tidak tidur. Ada saja yang diomongin.”

Sumber: dari sini

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama