Ary Media, Semarang - Sebentar lagi bulan Romadlon akan kembali tiba. Tradisi Dugderan khas Semarang juga akan kembali dipertunjukkan. Tidak hanya iring-iringan, tetapi juga ada gelaran pasar malam. Namun, panitia Dugderan diperingatkan oleh Sekretaris Takmir Masjid Agung Semarang atau yang biasa disebut dengan Masjid Kauman.
Pasalnya, pasar malam bakal digelar di eks Pasar Yaik Baru Semarang yang berseberangan persis dengan Masjid Agung Semarang. Pasar itu baru saja dibongkar dan telah diratakan dengan tanah karena akan segera dialihfungsikan menjadi alun-alun seiring dengan proyek revitalisasi Pasar Johar Semarang.
Permasalahan muncul karena biasanya pasar malam Dugderan yang digelar sepanjang Romadlon selain berisi berbagai pedagang, juga selalu menghadirkan wahana permainan, seperti Tong Setan yang merupakan tempat atraksi sepeda motor, komidi putar, dan bianglala.
"Kami tidak tahu jika arena atau wahana permainan-permainan yang besar akan ditempatkan di eks Pasar Yaik Baru," kata Sekretaris Takmir Masjid Agung Semarang Muhaimin di Semarang, Senin, 7 Mei 2018.
Di eks Pasar Yaik Baru yang sudah rata dengan tanah tersebut, terlihat sejumlah wahana permainan yang biasa mengisi acara Dugderan. Muhaimin mengatakan, wahana permainan dilengkapi pengeras suara yang dikhawatirkan akan mengganggu kegiatan di masjid.
Maka itu, ia meminta keberadaan wahana permainan Dugderan di bekas Pasar Yaik Baru ditinjau lagi. Selain mengganggu kegiatan di masjid, kata dia, tentunya keberadaan wahana permainan Dugderan di bekas Pasar Yaik Baru akan menyakiti perasaan pedagang pasar tersebut yang baru saja direlokasi.
Ia berharap wahana permainan besar untuk pasar malam Dugderan itu bisa ditempatkan di sekitar Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang yang lahannya lebih besar dan berdekatan dengan relokasi pedagang Pasar Johar.
"Kami juga menyelenggarakan, tetapi permainannya terbatas. Sebatas untuk menjaga tradisi dan kebudayaan dan tidak di eks Pasar Yaik Baru. Istilahnya Dugderan mini," kata Muhaimin.
Tujuan Dugderan
Prosesi Dugderan dimulai dengan arak-arakan, kembang manggar, dan tradisi tektekan. Mereka berbaris rapi di depan para tamu undangan dan berjalan menuju Masjid Agung Kauman.
Tiba di Masjid Agung Semarang di Kauman, dilaksanakan lah penyerahan Suhuf Halaqoh dari alim ulama Masjid Kauman kepada Kanjeng Bupati Arya Purbaningrat. Setelah Suhuf Halaqof dibacakan, dilanjutkan dengan pemukulan bedug dan diikuti suara meriam.
Dari suara bedug dan bunyi meriam inilah awal mula nama tradisi ini disebut Dugder. "Dug, dug, dug," dari suara bedug dan "der, der, der," dari suara meriam.
Usai prosesi, kemeriahan bertambah seru ketika Wali Kota Semarang membagikan kue khas Semarang, Ganjel Rel dan air khataman Alquran.
Menurut Hendi, hal itu dimaksudkan sebagai ajakan bahwa warga Semarang harus merelakan hal-hal yang mengganjal ketika mulai memasuki bulan Romadlon. Hati juga harus bersih sehingga diminumkan air Khataman Alquran.