Ary Media - Hamas dan Fatah, dua faksi Palestina yang selama satu dekade bermusuhan akhirnya menandatangani kesepakatan rekonsiliasi, Kamis (12/10). Hal ini berlangsung setelah Hamas setuju menyerahkan kontrol administratif atas Gaza.
Kota Gaza diperebutkan dua partai tersebut dalam sebuah konflik bersenjata pada 2006. Hamas yang kala itu berhasil menguasai Gaza lantas disambut oleh Mesir dan Israel dengan memblokade di Jalur Gaza.
Kesepakatan rekonsiliasi dijembatani oleh Mesir. Fatah identik dengan gerakan pembebasan yang pro Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan mendapat dukungan dari Barat. Sementara Hamas kerap mendapat label dari Israel dan negara-negara Barat sebagai organisasi teroris.
Arab News melansir, berakhirnya pertikaian antara Hamas dan Fatah memperkuat Abbas dalam upaya menghidupkan kembali perundingan mengenai negara Palestina di wilayah-wiayah yang kini diduduki Israel. Konflik internal di Palestina dinilai menjadi hambatan utama usaha perdamaian lantaran Hamas menggunakan pendekatan perang dan seruan penghancuran atas Israel.
Kamis kemarin, rubuan rakyat Palestina turun di jalanan Gaza sambil membawa pengeras suara dan mobil bak terbuka dalam rangka merayakan persatuan dua faksi ini. Mereka bersuka ria sembari menyanyikan lagu-lagu nasional dan melambaikan bendera Palestina dan Mesir.
Israel melihat kesepakatan Palestina ini secara hati-hati dengan mengatakan bahwa hal itu harus mematuhi kesepakatan internasional sebelumnya dan persyaratan yang ditetapkan oleh mediator perdamaian Quartet Middle East, termasuk pengakuan atas Israel dan pelucutan senjata Hamas.
"Israel akan memeriksa perkembangan di lapangan dan bertindak sesuai dengan itu," kata sebuah pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, sebagaimana dikutip Arab News.
Hamas dan Fatah pada tahun 2014 sempat sepakat membentuk sebuah pemerintah rekonsiliasi nasional, namun kesepakatan tersebut kandas lantaran suasana saling curiga dan Hamas terus mendominasi Gaza.
Sumber: dari sini